Di ruang rapat yang ber-AC namun sarat sejarah di Kantor DPRD Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), gema suara Ketua DPRD Djon Ponto Janis didampingi Wakil Ketua Alfrets R Takarendehang membuka Rapat Paripurna Istimewa Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Kabupaten Sitaro (23 Mei 2007 – 23 Mei 2025).
Lebih dari sekadar seremonial tahunan setiap tanggal 23 Mei, rapat ini menjadi ruang refleksi dan titik temu berbagai harapan tentang masa depan sebuah kabupaten kepulauan yang terus bertumbuh di tengah tantangan zaman.
Sudah delapan belas tahun sejak Sitaro resmi berdiri sebagai daerah otonom hasil perjuangan panjang para tokoh pemekaran, yang beberapa turut hadir dalam rapat ini sebagai bagian dari Tim 17 Pemekaran salah satunya yakni Piethein Kuera, yang kini tidak sekadar identitas, tetapi simbol kegigihan, idealisme, dan cinta tanah kelahiran.
Namun tahun ini, perayaan HUT Sitaro datang dengan warna yang berbeda. Di tengah euforia pembangunan dan kebanggaan atas capaian daerah, terselip harapan besar akan persatuan pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang belum lama berlalu. Pilkada yang menyisakan dinamika politik di tengah masyarakat, namun juga membuka ruang bagi rekonsiliasi dan kolaborasi lintas perbedaan.
Impian Sitaro Masadada: Dari Ketertinggalan Menuju Kemajuan
Dalam sambutannya, Bupati Sitaro Cinthya I. Kalangit tidak hanya menyampaikan ucapan syukur, tapi juga memaparkan berbagai capaian strategis selama 18 tahun berdirinya kabupaten ini. Mulai dari pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan dan pelabuhan antar pulau, peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan, hingga penguatan sektor unggulan daerah seperti perikanan, pertanian, dan pariwisata bahari.
Penyampaian dengan nada penuh ajakan, bahwa kita bersama-sama telah membangun daerah ini, menghadapi berbagai tantangan, dan meraih berbagai prestasi yang membanggakan. Dari yang awalnya terbatas dalam infrastruktur dan pelayanan publik, kini kita telah bertransformasi menjadi salah satu kabupaten yang diperhitungkan di Provinsi Sulawesi Utara.
Menurut bupati, beberapa capaian penting yang patut kita syukuri bersama,
antara lain:
Pembangunan SDM
– Penurunan angka prevalensi stunting, terus menurun menjadi
0,42% tahun 2024 dengan jumlah 14 balita
– Peningkatan kualitas pendidikan dengan diraihnya Anugerah
Mapalus Pendidikan dari Kemendikbudristek.
– Pelayanan kesehatan yang semakin merata, terbukti dengan
penghargaan Swasti Saba Padapa dan tenaga kesehatan teladan.
Pembangunan Ekonomi
– Inflasi terendah se-Sulawesi Utara di angka 4,86%, menunjukkan
stabilnya perekonomian daerah.
– Tingkat pengangguran terbuka yang terus menurun hingga tahun
2024 tersisa 797 orang yang menganggur atau sebesar 1,96%.
– Kemiskinan ekstrem 0%, pencapaian yang luar biasa dan menjadi
contoh bagi daerah lain.
– Opini WTP 11 kali berturut-turut sejak 2013, membuktikan
pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan.
Semoga pada tahun ini kita dapat mempertahankan opini tersebut
untuk yang ke-12 kalinya.
Infrastruktur dan Konektivitas
– Peresmian Bandara Taman Bung Karno Siau oleh Presiden RI
pada Maret 2024 yang menjadi game changer dalam konektivitas
kita.
– Pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan
pelabuhan yang terus ditingkatkan.
Pada masa kerja 100 hari pertama kepemimpinan kami, beberapa
terobosan penting telah diluncurkan sebagai bentuk komitmen untuk
mewujudkan Sitaro MASADADA:
1. Penataan pelayanan publik melalui pemanfaatan Front Office Musema
Ana U Wanua di Lobi Kantor Bupati sebagai wujud komitmen untuk
melayani masyarakat dengan lebih terbuka, ramah dan efisien.
2. Membudayakan berbahasa daerah setiap hari jumat di Lingkungan
Perkantoran Pemerintah Daerah.
3. Gerakan Menanam “Sitaro Musuang”, yang ditujukan kepada seluruh
ASN dan perangkat kampung untuk menanam di pekarangan rumah
dan kantor, sebagai wujud ketahanan pangan lokal.
4. Inovasi Legalisir Online oleh Dinas Pendidikan yang memudahkan
masyarakat dalam mengurus dokumen pendidikan.
5. Program Gercep TADA (Gerak Cepat Tangani dan Dampingi) oleh
DP3AP2KB untuk perlindungan anak korban kekerasan.
6. Sistem SIMBALENG oleh Bagian Umum Setda untuk pengelolaan
barang milik daerah yang lebih transparan berbasis teknologi.
7. Pencanangan Zona Integritas dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.
8. Revitalisasi kawasan Boulevard Ulu Siau menjadi pusat kegiatan
masyarakat yang bertajuk “Sitaro MASADADA” sekaligus
pengaktifan dan penataan kembali Sentra Oleh-Oleh Sitaro
MASADADA (Kedai Mahoro Ulu Siau).
9. Penetapan Sanggar Budaya dan pelaksanaan pentas seni untuk
memperkuat identitas budaya Sitaro.
Semua inovasi ini merupakan bukti bahwa birokrasi kita mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Di balik semua capaian tersebut, kita masih menghadapi beberapa
tantangan besar:
1. Pemulihan pasca erupsi Gunung Ruang yang membutuhkan
komitmen semua pihak.
2. Peningkatan kapasitas SDM untuk mengisi berbagai peluang kerja
yang terbuka.
3. Penguatan ekonomi kreatif dan pariwisata sebagai tulang punggung
perekonomian daerah.
4. Penyelesaian RPJMD 2025-2030 yang akan menjadi peta jalan
pembangunan ke depan.
Untuk itu, pada perayaan HUT yang ke-18 ini dengan membawa tema
semangat mewujudkan Sitaro MASADADA, saya ingin menegaskan beberapa
komitmen:
1. Memperkuat sinergi dengan DPRD dalam menyusun kebijakan yang
pro-rakyat.
2. Mendorong partisipasi pemuda dalam pembangunan melalui wirausaha
dan inovasi digital.
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan,
listrik, dan internet.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui digitalisasi dan
penyederhanaan birokrasi.
Dia (bupati) juga berharap kiranya peringatan HUT ke-18 ini menjadi momen untuk berefleksi, mengevaluasi, dan merancang langkah ke depan yang lebih baik.
Wakil Bupati Heronimus Makainas dan Sekda Denny D. Kondoj turut hadir, bersama para Asisten Sekda, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan anggota DPRD. Hadirnya berbagai unsur pemerintahan dalam satu forum ini menjadi sinyal kuat bahwa kolaborasi bukan sekadar wacana.
Menjembatani Perbedaan, Menyatukan Tujuan dan Ruang Refleksi untuk Kebersamaan yang Lebih Kuat :
Meski suasana peringatan HUT ke-18 ini berlangsung khidmat dan penuh semangat, sorotan publik sempat tertuju pada jumlah kehadiran anggota DPRD dalam Rapat Paripurna Istimewa. Dari total 20 anggota dewan, termasuk unsur pimpinan, hanya 8 orang yang hadir secara fisik di ruang sidang. Ketidakhadiran sebagian besar wakil rakyat ini menjadi perbincangan hangat, terutama di media sosial, dan menimbulkan berbagai tafsir dari masyarakat.
Namun dalam semangat HUT dan semangat MASADADA yang diusung pemerintah daerah, momen ini semestinya menjadi ruang refleksi bersama bukan untuk saling menyalahkan, melainkan untuk memperkuat kembali komitmen kolektif sebagai mitra strategis pembangunan.
Sebagai lembaga legislatif yang memegang peran vital dalam pengawasan, legislasi, dan penganggaran, DPRD diharapkan terus hadir tidak hanya secara formal, tetapi juga secara moral dalam setiap agenda penting daerah. Sinergi antara eksekutif dan legislatif adalah kunci utama bagi kemajuan Sitaro ke depan, terlebih di tengah tantangan pembangunan yang semakin kompleks.
Dengan niat baik dan komunikasi yang lebih terbuka, diyakini bahwa ke depan kehadiran dan partisipasi penuh seluruh elemen DPRD akan menjadi bagian dari komitmen bersama untuk menjadikan Sitaro bukan hanya daerah yang tumbuh, tetapi juga kuat dalam kebersamaan dan kepercayaan publik.
Pembangunan Sitaro tidak bisa berjalan dalam bayang-bayang polarisasi yang berlarut-larut. Seluruh elemen perlu meninggalkan pola-pola politik yang saling menjatuhkan, sebab rakyat menunggu kerja nyata, bukan debat tanpa akhir.
Sitaro, Adalah Rumah Kita Bersama :
Dari Siau, Tagulandang, hingga Biaro, Sitaro adalah rumah besar yang dibangun atas dasar semangat gotong royong. Perayaan HUT ke-18 ini bukan hanya milik pemerintah atau dewan, tapi milik seluruh masyarakat kepulauan yang telah bersama-sama mengarungi perjalanan panjang ini.
Melalui kegiatan budaya, olahraga, dan keterlibatan masyarakat dalam berbagai acara, momen HUT ini diharapkan dapat merajut kembali benang-benang sosial yang sempat merenggang akibat suhu politik.
Tantangan ke depan memang tidak ringan. Sebagai daerah kepulauan, Sitaro berhadapan dengan keterbatasan akses, ancaman bencana alam, dan kebutuhan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Tapi dengan semangat kolektif, semua tantangan itu bisa diubah menjadi peluang.
Dihadapkan pada momentum ini, penting untuk memperkuat arah pembangunan ke depan. Sudah waktunya pemerintah daerah secara terbuka melibatkan para pakar baik akademisi maupun praktisi dari kalangan anak daerah untuk memberikan penilaian terhadap arah dan sasaran pembangunan yang telah dan akan dijalankan.
Langkah ini bukan sekadar simbol partisipasi, tetapi sebagai upaya strategis dalam menata pembangunan secara lebih terukur dan berkelanjutan. Dalam jangka pendek, pelibatan para ahli ini penting agar kita tahu dari titik mana sebenarnya Sitaro harus mulai membangun secara efektif.
Evaluasi dari para pakar juga menjadi alat uji, apakah visi yang dirumuskan selama ini sudah tepat sasaran? Apakah capaian yang diraih sejauh ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan potensi daerah?
Sementara dalam jangka panjang, kolaborasi ini akan membantu daerah merumuskan strategi yang mampu membawa Sitaro menuju kondisi ideal suatu masa depan yang lebih maju, sejahtera, dan berdaya saing. Ini bukan hanya soal infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga tentang budaya, pendidikan, sumber daya manusia, dan tata kelola yang inklusif.
Sitaro memiliki banyak putra-putri terbaik yang bisa berperan dalam proses ini. Tokoh-tokoh berdarah Sitaro seperti Prof. Sjamsi Pasandaran, Prof. Mister G Maru, Dr. Hendrik Manosoh, Jupiter Makasangkil, Alfred Salindeho, hingga pakar kebijakan publik Jackried Maluenseng dan penggerak olahraga Dr. Marnex Berhimpong adalah contoh nyata SDM unggul daerah yang bisa diajak berpikir dan bekerja bersama, dan masih banyak lagi sumber daya unggul yang dapat dilibatkan.
Menatap Masa Depan :
Di usia 18 tahun, Kabupaten Kepulauan Sitaro kini berdiri lebih matang. Penuh dengan sejarah, namun juga dipenuhi asa. Harapan bahwa daerah ini bukan hanya akan tumbuh secara fisik, tapi juga secara sosial dan demokratis.
Dari ruang rapat DPRD yang menjadi saksi bisu sejarah dan harapan, suara-suara optimisme bergema: bahwa Sitaro bisa menjadi contoh bagaimana demokrasi lokal dijalankan dengan kesantunan, bagaimana politik tidak memecah, tapi mempersatukan.
Dan di tengah gelombang lautan yang mengitari pulau-pulau kecilnya, Sitaro tetap teguh berdiri karena ia dibangun oleh cinta, perjuangan, dan harapan yang tidak akan padam.
Dirgahayu ke-18, Siau Tagulandang Biaro tercinta! Bak mutiara di utara Sulawesi, engkau bersinar dalam damai dan bakti. Usiamu bertambah, semangatmu menjulang, semoga terus maju, lestari, sejahtera sepanjang masa dan semakin Masadada.(*)