Siau – Sebuah kegiatan bersejarah digelar di Media Center Kantor Bupati Kepulauan Sitaro pada Sabtu (18/01/2025), yakni presentasi buku berjudul “An Alliance in the Sea of Celebes” atau “Sebuah Aliansi di Laut Sulawesi, Siau dan Spanyol (1581-1677)”. Buku ini ditulis oleh Mantan Duta Besar Uni Eropa Juan Carlos Rey dan Antonio Campo Lopez, dengan dukungan dari Kedutaan Besar Spanyol.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, Ekonomi, dan Keuangan, Juliany Kumaat, yang mewakili Penjabat (Pj.) Bupati Sitaro, Dinas Pariwisata, tokoh budaya dan pegiat sejarah serta pariwisata.
Dalam sambutannya, Juliany Kumaat menyampaikan apresiasi atas kehadiran para penulis buku dan pihak Kedutaan Besar Spanyol. Ia menyoroti pentingnya hubungan sejarah antara Siau dan Spanyol yang tercatat dalam buku tersebut.
“Buku ini menjadi catatan penting yang mengungkap hubungan historis antara Siau dan Spanyol, yang berlangsung selama hampir satu abad. Kami berharap, melalui buku ini, sejarah tersebut dapat menjadi inspirasi untuk mempererat hubungan diplomatik, pariwisata, dan budaya antara kedua pihak,” ujar Kumaat.
Dalam presentasi, Juan Carlos Rey menjelaskan bahwa buku ini mendokumentasikan hubungan aliansi strategis yang pernah terjalin antara Kerajaan Siau dan Kerajaan Spanyol selama abad ke-16 hingga ke-17. Aliansi ini tidak hanya berdampak pada bidang perdagangan, tetapi juga memengaruhi perkembangan sosial, budaya, dan politik di wilayah tersebut.
“Sejarah adalah jembatan bagi kita untuk memahami masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Hubungan antara Siau dan Spanyol adalah bukti bahwa diplomasi telah menjadi bagian penting dalam menciptakan perdamaian dan kemakmuran,” kata Rey.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sitaro, Dominik Derek, menyampaikan bahwa peluncuran buku ini akan memberikan dampak besar dan positif terhadap sektor pariwisata di Sitaro.
“Dalam kutipan tulisan buku tersebut memperjelas keberadaan Kerajaan Siau yang ternyata memiliki pengaruh di masa itu, terutama dalam bidang pertahanan atau militer,” ujar Dominik.
Ia juga menyoroti bagaimana aliansi antara Kerajaan Siau dan Spanyol membuat militer Kerajaan Belanda sulit untuk menembus Pulau Siau. Dengan adanya sejarah yang didokumentasikan dalam buku ini, Dominik optimistis akan ada peningkatan kunjungan wisatawan asing, terutama dari Spanyol, karena buku tersebut ditulis dalam dua bahasa, Spanyol dan Indonesia.
“Tentu harapan kami, pemerintah ke depan dapat menginventarisir tempat ataupun benda-benda peninggalan sejarah pada masa itu, termasuk makam Raja Winsulangi yang perlu lebih diperhatikan serta Benteng Santa Rosa dan peninggalan sejarah lainnya antara Kerajaan Siau dan Spanyol,” tambahnya.
“Selain itu perlu dibuat Wall stories, ini bisa berupa mural atau infografis yang menggambarkan peristiwa sejarah, seperti aliansi Kerajaan Siau dan Spanyol. Selain memperindah kawasan, hal ini juga dapat memberikan edukasi kepada wisatawan dan masyarakat lokal terlebih generasi muda,” tambahnya.(*/Red)